Tombak Pusaka Jawadwipa
Nama Dhapur : Tidak ditemukan dalam Literasi.
Bentuknya serupa padi atau juga lebih mirip seperti jawawut. Tangguh : Majapahit berdasarkan Karakter besi dan tantingannya yang Ringan , menandakan wasuhan yang sangat bersih.
Bentuknya serupa padi atau juga lebih mirip seperti jawawut. Tangguh : Majapahit berdasarkan Karakter besi dan tantingannya yang Ringan , menandakan wasuhan yang sangat bersih.
Menurut sebagian sejarawan, PULAU JAWA meminjam nama dari tanaman yang dulu banyak tumbuh : yÄvaka dvÄ«pa / ꦪꦮꦢ꧀ꦮꦶꦄ, yawadwipa / Jawadwipa.
yÄvaka / Yava / Jawa artinya “ Jelai ,padi padian” meliputi padi, gandum, jagung, dan jawawut.
Sedangkan dvīpa / DWIPA artinya "pulau" , dunia darat ranah tempat manusia biasa hidup.
Padi memang tidak bisa Lepas dari Budaya dan sejarah Bangsa ini, Tidak sedikit simbol simbol penting biasanya Menyertakan SASMITA PADI.
Misalnya pada sila kelima: “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” disimbolkan dengan Padi dan kapas . Yang juga melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Padi mewakili makanan dan kebutuhan pangan, sementara kapas mewakili sandang atau pakaian, yang menyiratkan tujuan Bersama untuk mencapai keadilan sosial dengan memenuhi kebutuhan dasar seluruh rakyatnya.
Hal menarik lainnya dari tanaman padi, Kita bisa memperhatikan bagaimana pada mulanya ia mrekatak (hijau, tumbuh ke atas, tegak, menantang angkasa) lalu pada akhirnya ketika telah berisi ia justru merunduk, menghadap kepada akar, kepada asal, dan kepada tanah yang wulung dan suwung.
Sebagai perwujudan doa dan Harapan leluhur yang tak henti henti, Terkadang Benda benda seperti ini Justru punya daya rekam yang lebih Baik dari teknologi modern saat ini.
Lahirnya ungkapan “Wong Jawa Nggone Semu" (Orang Jawa cenderung terselubung), "Sinamun ing Samudana" (Menyamarkan berbagai hal dengan pralambang), "Sesadone ingadu Manis" (Keadaan apa pun dihadapi dengan berusaha bermuka manis).
Diyakini, semakin tinggi pemahaman, semakin halus pula budi bahasa dan perilaku, maka semakin tersamar penyampaian suatu maksud. Inilah pola komunikasi dengan nyemoni, tidak lugas, simbol yang halus tanpa kata, bahkan kadang tidak verbal, namun pada ahirnya yang dari Hati akan sampai kepada Hati.
kita bisa saja sesekali mengeluarkannya dari warangkanya, mengamatinya, dan membiarkan spirit ,pengajaran, serta Rekaman Do’a - do’a para leluhur itu meresap ke dalam hati dan pikiran kita, sehingga memotivasi, menginsipirasi, dan menuntun sebagai Sipat Kandel .
Dengan menyaksikan dan menyeksamai keindahannya berulang-ulang, pemiliknya akan tergerak dan terinspirasi untuk mengamalkan pengajaran dahsyat di dalamnya. Pada akhirnya, dia akan hidup dalam keadaan yang tenteram, merasa cukup, makmur, dan sejahtera….
yÄvaka / Yava / Jawa artinya “ Jelai ,padi padian” meliputi padi, gandum, jagung, dan jawawut.
Sedangkan dvīpa / DWIPA artinya "pulau" , dunia darat ranah tempat manusia biasa hidup.
Padi memang tidak bisa Lepas dari Budaya dan sejarah Bangsa ini, Tidak sedikit simbol simbol penting biasanya Menyertakan SASMITA PADI.
Misalnya pada sila kelima: “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” disimbolkan dengan Padi dan kapas . Yang juga melambangkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Padi mewakili makanan dan kebutuhan pangan, sementara kapas mewakili sandang atau pakaian, yang menyiratkan tujuan Bersama untuk mencapai keadilan sosial dengan memenuhi kebutuhan dasar seluruh rakyatnya.
Hal menarik lainnya dari tanaman padi, Kita bisa memperhatikan bagaimana pada mulanya ia mrekatak (hijau, tumbuh ke atas, tegak, menantang angkasa) lalu pada akhirnya ketika telah berisi ia justru merunduk, menghadap kepada akar, kepada asal, dan kepada tanah yang wulung dan suwung.
Sebagai perwujudan doa dan Harapan leluhur yang tak henti henti, Terkadang Benda benda seperti ini Justru punya daya rekam yang lebih Baik dari teknologi modern saat ini.
Lahirnya ungkapan “Wong Jawa Nggone Semu" (Orang Jawa cenderung terselubung), "Sinamun ing Samudana" (Menyamarkan berbagai hal dengan pralambang), "Sesadone ingadu Manis" (Keadaan apa pun dihadapi dengan berusaha bermuka manis).
Diyakini, semakin tinggi pemahaman, semakin halus pula budi bahasa dan perilaku, maka semakin tersamar penyampaian suatu maksud. Inilah pola komunikasi dengan nyemoni, tidak lugas, simbol yang halus tanpa kata, bahkan kadang tidak verbal, namun pada ahirnya yang dari Hati akan sampai kepada Hati.
kita bisa saja sesekali mengeluarkannya dari warangkanya, mengamatinya, dan membiarkan spirit ,pengajaran, serta Rekaman Do’a - do’a para leluhur itu meresap ke dalam hati dan pikiran kita, sehingga memotivasi, menginsipirasi, dan menuntun sebagai Sipat Kandel .
Dengan menyaksikan dan menyeksamai keindahannya berulang-ulang, pemiliknya akan tergerak dan terinspirasi untuk mengamalkan pengajaran dahsyat di dalamnya. Pada akhirnya, dia akan hidup dalam keadaan yang tenteram, merasa cukup, makmur, dan sejahtera….
Diskusi