Keris Mangkubumen
Keris Mangkubumen, Surakarta Hadiningrat.
Dhapur / Typology Bentuk : Pasopati,
Pamor / Pola Lipatan Besi : Wengkon Wos Wutah.
Panjang Bilah : ± 37 cm , Pesi : ± 7 cm
Nyandang Bawaan Ladrang Kadipaten, Lawasan.
Pendok : Bunton, Cukitan Lung Buda, Lawasan.
Dhapur / Typology Bentuk : Pasopati,
Pamor / Pola Lipatan Besi : Wengkon Wos Wutah.
Panjang Bilah : ± 37 cm , Pesi : ± 7 cm
Nyandang Bawaan Ladrang Kadipaten, Lawasan.
Pendok : Bunton, Cukitan Lung Buda, Lawasan.
Apa itu Keris Mangkubumen ?
1. Merupakan langgam keris yang dipelopori Oleh PB V . Pada mulanya Keris Mangkubumen lebih fokus pada Bawang sabungkulnya hingga beberapa kali mengalami Perubahan sampai Era PB IX , ( beberapa juga menyebutkan Sampai PB X ) .
Dalam Serat panangguhing Dhuwung mas Ngabehi Wirosoekadgo Menulis tangguh Mangkubumen setelah Era PB V kemudian dilanjut Pada Tangguh PB IX.
2. Banyak Sesepuh Tosan Aji meyakini Bahwa Keris Mangkubumen adalah Keris yang dibuat khusus untuk orang orang tertentu dilingkungan Keraton , mulai dari material besi, waja, dan pamor sampai Empu yang ditunjuk adalah yang “Terbaik” . Sehingga Keris Mangkubumen senantiasa menampilkan Kesan yang Gagah dan Menawan.
3. Merupakan Langgam Keris yang dibuat Oleh Ki Tirtadangsa. Dalam Serat Panangguhing Dhuwung ; Mas Ngabehi Wirosoekadgo ( Mantri Pande Kadipaten Anom Ing Surakarta Hadiningrat ) menerangkan :
“Keterangan Bab Dhuwung Jasan Mangkubumen Ingkang kasebut Ing (S3) punika ingkang kadawuhan andamel Empu Mas Ngabehi Djapan , Empu Ki Brajakarja , Kaliyan Empu Brajasetika . mangka ing ngingil wau kasebut Empu Ki Tirtadangsa …”
Keris Yasan Mangkubumen dibuat oleh Empu Ki Tirtadangsa . Ki tirtadangsa yang dimaksud adalah Aliansi Para Empu Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang memiliki keahlian kusus dan Tersohor di Zamannya. Sedangkan Yang mendapat Titah Yakni : Empu Mas Ngabehi Djapan , Ki Brojokaryo ( Dari Keluarga Brojoguno) , termasuk Ki Brojosetika .
“Empu Brajakaryo kuwi sawijining empu ing jaman krajan Surakarta. Keris-keris gaweyane umume karan keris tangguh Mangkubumen. Keris gaweyane bisa kawruhan saka :
• Gonjone sing kagolong sebit rontal, saengga wujude rada mlengkung.
• Pucuk endhas cecake lincip.
• Wetengane remping lan perangan pucuk buntut urange luwih amba.
• Ukuran wilah kerise sedhengan, dedege lempeng.
• Pesine pandhes mateng,
• Pamore kebak warata ing wilahan.
• Umume pamore nginden utawa mantulake cahya.
• Cakrik pamore maneka warna, umume kagolong pamor mlumah.
• Yen gawe kembang kacang, umume cakrik gelung wayang.
• Sogokane rada jero, janure memper sada.
• Yen gawe ꦣ ( Dha) ing perangan “ ron ꦣ” pucuk-pucuke lincip lan luk-luke jero.
• Yen tanpa kembang kacang, gandhike digawe miring.
• Keris gaweyane Empu Brojokaryo kagolong gagah lan sulistya ing rupa, nanging ora gedhe.
“ DHAPUR KANG MENGKU TUTUR, PAMOR MUNGGUHE DONGA “
PASEMON & PITUTUR DHAPUR KERIS PASOPATI Sebagai Legitimasi Kepemimpinan, perjuangan, dan Kesetiaan.
Dalam dunia pedalangan Pasopati adalah pusaka jemparingan Yang Berdhapur wulan Tumanggal ( bulan sabit ) , dengan bentuk ujung panah seperti bulan pada awal tahun atau dalam Bahasa arabnya disebut Hilal. Sebagai pusaka istimewa milik arjuna dalam lakon pewayangan yang sudah dimodifikasi oleh para wali yakni lakon “ Arjuna wiwaha” .
“Wiwah” artinya mengerahkan segenap kemampuannya untuk memfokuskan diri dalam Beribadah, Segala sesuatunya semata mata ditujukan Hanya Kepada Gusti Kang Akaryo Jagad. sampai kemudian diberilah panah pasopati sebagai hadiah dari batara indra . Kata “ indra “ orang jawa mengenalnya sebagai “panca indra “ yakni : mata sebagai penglihatan, telinga sebagai pendengaran , ada lisan, hidung dan juga peraba . menjadi perlambang ketika arjuna mendapatkannya dari batara indra , Sebagai orang yang berhasil mengelola dan mengendalikan seluruh indranya .
Dalam bahasa jawa mengendalikan seluruh indra itu disebut “Apasa” maka kita menyebut “Shoum” sebagai “ Poso atau saat ini menjadi Puasa ” ; penyebutan untuk mengendalikan seluruh panca indra .
Sebagaimana yang disebutkan dalam Hadist Qudsi bahwasanya Allah jalla jalaluhu ,memaklumkan perang kepada orang orang yang memusuhi kekasih kekasihnya , yang mendekatkan diri kepada Allah dengan yang Allah cintai; yaitu dengan yang fardu-fardu . lalu ia terus mendekatkan diri kepada Allah dengan yang sunnah-sunnah, sampai Allah Mencintainya.
“ Jika Aku sudah mencintainya maka aku menjadi mata yang digunakan untuk melihat , menjadi telinga yang ia gunakan Untuk mendengar , menjadi lisan yang ia gunakan untuk bicara , menjadi tangan yang digunakan untuk bertindak , menjadi kaki yang ia gunakan untuk melangkah “.
Puncaknya kondisi di dunia menjadi kekasih-Nya ; jika seluruh indranya digerakan , di derek, di sutradarai oleh Allah menuju kepada apa yang di ridhoi.
Maka pasopati sebagai salah satu dhapur keris yang berisi Pitutur Luhur untuk mengendalikan seluruh panca indra menuju kepada kebaikan-kebaikan yang Allah Ridho Kepadanya.
Sebagai Dhapur keris yang istimewa Dhapur Pasopati memiliki ricikan lambe gajah satu , sogokan rangkap, dan cirikhas kembang kacangnya yang pogok. terkadang ia memakai gusen tetapi ada yang tidak , serta Eri pandhan yang tidak terlupakan.
“Nahan ingkang dhapur Pasopati, lambe-gajah sajuga sogokan, apogog kêmbang-kacange, gugusèn ganêpipun, nanging ana gusèn tan mawi, ri-pandhan nora tilar.” - Ki Nom mantaram ( serat Among Raga )
Bilah keris yang Lurus agar orang Meniti jalan yang lurus , pogok sekar kacangnya memberi pesan tidak selamanya harus terlihat lebih menonjol , namun tidak serta merta mengurangi Peran dan rasa tanggung jawabnya. menjadi pemimpin yang Terkadang memang Tidak harus Tampil dimuka Umum , namun selalu memiliki peran dan pengaruh yang Besar bagi setiap yang Ia Pimpin.
HARAPAN DAN REKAMAN DOA PADA PAMOR WENGKON WOS WUTAH.
Wengkon adalah motif pamor Yang membingkai ditepian Bilah. Wengkon pada pamor ini Bermakna Harapan Perlindungan dan Keselamatan. ini menekankan Sifat waspada dan Kehati-hatian yang mencerminkan prinsip taqwa .
Di iringi pola pamor Wos Wutah ; bermakna Rizki yang Melimpah ruah. merupakan Refleksi Rekaman Doa sang Empu agar Pemiliknya Senantiasa dianugrahi Rizki yang Melimpah Ruah , Sehingga Tidak hanya dinikmati oleh diri sendiri tetapi juga bermanfaat bagi banyak orang .
Pada bagian Gonjo juga terdapat pamor kendit . kendit yang bermakna sabuk atau ikat pinggang Ini menekankan Kesiapan dan kesiagaan. kesadaran akan bahaya dan potensi kesalahan, sehingga diharapkan agar selalu berhati-hati dalam segala tindakannya..
1. Merupakan langgam keris yang dipelopori Oleh PB V . Pada mulanya Keris Mangkubumen lebih fokus pada Bawang sabungkulnya hingga beberapa kali mengalami Perubahan sampai Era PB IX , ( beberapa juga menyebutkan Sampai PB X ) .
Dalam Serat panangguhing Dhuwung mas Ngabehi Wirosoekadgo Menulis tangguh Mangkubumen setelah Era PB V kemudian dilanjut Pada Tangguh PB IX.
2. Banyak Sesepuh Tosan Aji meyakini Bahwa Keris Mangkubumen adalah Keris yang dibuat khusus untuk orang orang tertentu dilingkungan Keraton , mulai dari material besi, waja, dan pamor sampai Empu yang ditunjuk adalah yang “Terbaik” . Sehingga Keris Mangkubumen senantiasa menampilkan Kesan yang Gagah dan Menawan.
3. Merupakan Langgam Keris yang dibuat Oleh Ki Tirtadangsa. Dalam Serat Panangguhing Dhuwung ; Mas Ngabehi Wirosoekadgo ( Mantri Pande Kadipaten Anom Ing Surakarta Hadiningrat ) menerangkan :
“Keterangan Bab Dhuwung Jasan Mangkubumen Ingkang kasebut Ing (S3) punika ingkang kadawuhan andamel Empu Mas Ngabehi Djapan , Empu Ki Brajakarja , Kaliyan Empu Brajasetika . mangka ing ngingil wau kasebut Empu Ki Tirtadangsa …”
Keris Yasan Mangkubumen dibuat oleh Empu Ki Tirtadangsa . Ki tirtadangsa yang dimaksud adalah Aliansi Para Empu Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang memiliki keahlian kusus dan Tersohor di Zamannya. Sedangkan Yang mendapat Titah Yakni : Empu Mas Ngabehi Djapan , Ki Brojokaryo ( Dari Keluarga Brojoguno) , termasuk Ki Brojosetika .
“Empu Brajakaryo kuwi sawijining empu ing jaman krajan Surakarta. Keris-keris gaweyane umume karan keris tangguh Mangkubumen. Keris gaweyane bisa kawruhan saka :
• Gonjone sing kagolong sebit rontal, saengga wujude rada mlengkung.
• Pucuk endhas cecake lincip.
• Wetengane remping lan perangan pucuk buntut urange luwih amba.
• Ukuran wilah kerise sedhengan, dedege lempeng.
• Pesine pandhes mateng,
• Pamore kebak warata ing wilahan.
• Umume pamore nginden utawa mantulake cahya.
• Cakrik pamore maneka warna, umume kagolong pamor mlumah.
• Yen gawe kembang kacang, umume cakrik gelung wayang.
• Sogokane rada jero, janure memper sada.
• Yen gawe ꦣ ( Dha) ing perangan “ ron ꦣ” pucuk-pucuke lincip lan luk-luke jero.
• Yen tanpa kembang kacang, gandhike digawe miring.
• Keris gaweyane Empu Brojokaryo kagolong gagah lan sulistya ing rupa, nanging ora gedhe.
“ DHAPUR KANG MENGKU TUTUR, PAMOR MUNGGUHE DONGA “
PASEMON & PITUTUR DHAPUR KERIS PASOPATI Sebagai Legitimasi Kepemimpinan, perjuangan, dan Kesetiaan.
Dalam dunia pedalangan Pasopati adalah pusaka jemparingan Yang Berdhapur wulan Tumanggal ( bulan sabit ) , dengan bentuk ujung panah seperti bulan pada awal tahun atau dalam Bahasa arabnya disebut Hilal. Sebagai pusaka istimewa milik arjuna dalam lakon pewayangan yang sudah dimodifikasi oleh para wali yakni lakon “ Arjuna wiwaha” .
“Wiwah” artinya mengerahkan segenap kemampuannya untuk memfokuskan diri dalam Beribadah, Segala sesuatunya semata mata ditujukan Hanya Kepada Gusti Kang Akaryo Jagad. sampai kemudian diberilah panah pasopati sebagai hadiah dari batara indra . Kata “ indra “ orang jawa mengenalnya sebagai “panca indra “ yakni : mata sebagai penglihatan, telinga sebagai pendengaran , ada lisan, hidung dan juga peraba . menjadi perlambang ketika arjuna mendapatkannya dari batara indra , Sebagai orang yang berhasil mengelola dan mengendalikan seluruh indranya .
Dalam bahasa jawa mengendalikan seluruh indra itu disebut “Apasa” maka kita menyebut “Shoum” sebagai “ Poso atau saat ini menjadi Puasa ” ; penyebutan untuk mengendalikan seluruh panca indra .
Sebagaimana yang disebutkan dalam Hadist Qudsi bahwasanya Allah jalla jalaluhu ,memaklumkan perang kepada orang orang yang memusuhi kekasih kekasihnya , yang mendekatkan diri kepada Allah dengan yang Allah cintai; yaitu dengan yang fardu-fardu . lalu ia terus mendekatkan diri kepada Allah dengan yang sunnah-sunnah, sampai Allah Mencintainya.
“ Jika Aku sudah mencintainya maka aku menjadi mata yang digunakan untuk melihat , menjadi telinga yang ia gunakan Untuk mendengar , menjadi lisan yang ia gunakan untuk bicara , menjadi tangan yang digunakan untuk bertindak , menjadi kaki yang ia gunakan untuk melangkah “.
Puncaknya kondisi di dunia menjadi kekasih-Nya ; jika seluruh indranya digerakan , di derek, di sutradarai oleh Allah menuju kepada apa yang di ridhoi.
Maka pasopati sebagai salah satu dhapur keris yang berisi Pitutur Luhur untuk mengendalikan seluruh panca indra menuju kepada kebaikan-kebaikan yang Allah Ridho Kepadanya.
Sebagai Dhapur keris yang istimewa Dhapur Pasopati memiliki ricikan lambe gajah satu , sogokan rangkap, dan cirikhas kembang kacangnya yang pogok. terkadang ia memakai gusen tetapi ada yang tidak , serta Eri pandhan yang tidak terlupakan.
“Nahan ingkang dhapur Pasopati, lambe-gajah sajuga sogokan, apogog kêmbang-kacange, gugusèn ganêpipun, nanging ana gusèn tan mawi, ri-pandhan nora tilar.” - Ki Nom mantaram ( serat Among Raga )
Bilah keris yang Lurus agar orang Meniti jalan yang lurus , pogok sekar kacangnya memberi pesan tidak selamanya harus terlihat lebih menonjol , namun tidak serta merta mengurangi Peran dan rasa tanggung jawabnya. menjadi pemimpin yang Terkadang memang Tidak harus Tampil dimuka Umum , namun selalu memiliki peran dan pengaruh yang Besar bagi setiap yang Ia Pimpin.
HARAPAN DAN REKAMAN DOA PADA PAMOR WENGKON WOS WUTAH.
Wengkon adalah motif pamor Yang membingkai ditepian Bilah. Wengkon pada pamor ini Bermakna Harapan Perlindungan dan Keselamatan. ini menekankan Sifat waspada dan Kehati-hatian yang mencerminkan prinsip taqwa .
Di iringi pola pamor Wos Wutah ; bermakna Rizki yang Melimpah ruah. merupakan Refleksi Rekaman Doa sang Empu agar Pemiliknya Senantiasa dianugrahi Rizki yang Melimpah Ruah , Sehingga Tidak hanya dinikmati oleh diri sendiri tetapi juga bermanfaat bagi banyak orang .
Pada bagian Gonjo juga terdapat pamor kendit . kendit yang bermakna sabuk atau ikat pinggang Ini menekankan Kesiapan dan kesiagaan. kesadaran akan bahaya dan potensi kesalahan, sehingga diharapkan agar selalu berhati-hati dalam segala tindakannya..
Diskusi